Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

WEBINAR

INDEKS BERITA

Tag Terpopuler

BRIN Melihat Ketangguhan Lokal dalam Pemulihan Pasca Bencana Melalui Karya Sastra dan Aktifitas Kultural Komunitas Sastra Lokal di NTB

Kamis, 24 Agustus 2023 | Agustus 24, 2023 WIB Last Updated 2023-08-25T02:28:04Z


Oleh : 

Musfeptial Musa Malin Mudo

( BRIN - Peneliti NTB )


Pandemi Covid-19 menjadi pembuka mata bahwa, meskipun umat manusia telah mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini dianggap tinggi, dunia tetap nyaris dibuat lumpuh oleh serangan virus pada skala global, yang menyebabkan perubahan secara drastis pada semua aspek kehidupan, teristimewa dalam hal relasi, komunikasi, mobilitas, dan interkoneksitas antarmanusia dan antarruang.


Kedepan, manusia bahkan tidak bisa lagi berharap untuk dapat kembali ke normalitas kehidupan prapandemi, serta harus menerima kenyataan bahwa masa depannya mengandung ketidakpastian karena tidak dapat diperkirakan dengan jelas  ancaman apa lagi yang akan datang, yang dapat        membahayakan eksistensi kehidupan manusia.


Hal ini menimbulkan perasaan bahwa kita sesungguhnya rentan (vulnerable) terhadap bermacam-macam jenis ancaman yang dapat menjadi bencana besar bagi kehidupan. 


Agar peluang kesintasannya pada masa depan dapat ditingkatkan dan manusia dapat menyiapkan dirinya secara lebih baik untuk hidup bersama dengan ketidakpastian serta ancaman bencana


Maka perlu digagas cara-cara inovatif untuk membangun ketangguhan atau resiliensi tidak hanya dengan menciptakan hal-hal baru tetapi juga mendayagunakan potensi ketangguhan yang telah dimiliki oleh manusia, yang selama ini tidak langsung dikaitkan dengan penanggulangan bencana. 


Potensi ketangguhan yang laten itu biasanya tersimpan di dalam kebudayaan, baik berupa kearifan tradisi, atau narasi-narasi, maupun gerakan-gerakan kultural yang diinisasi pada tingkat lokal oleh banyak aktivis dan komunitas budaya.


Sastra sebagai manifestasi kebudayaan pada tataran tekstual merupakan artefak kebudayaan yang juga memiliki kapasitas untuk tidak hanya memuat catatan atau rekaman peristiwa bencana tetapi juga merefleksikannya sesudah bencana itu berlalu, yang sangat mungkin lalu menghasilkan gagasan-gagasan tentang bagaimana cara suatu komunitas atau masyarakat dapat memulihkan dirinya dari bencana yang menimpa. 


Lebih jauh lagi, sastra sebagai upaya imajinatif juga mestinya mampu membayangkan bagaimana manusia dapat hidup bersama ancaman bencana secara lebih siap dan lebih baik daripada sebelumnya.


Sudah ada beberapa penelitian yang menggali potensi sastra sebagai media mitigas bencana. 


Liliani (2010), misalnya, meneliti bagaimana sastra anak dalam bentuk puisi, cerita pendek, dan komik dapat digunakan sebagai media untuk menyosialisasikan cara-cara menghadapi bencana untuk anak-anak sebagai bentuk pendidikan dini untuk pengetahuan tentang bencana.


Selain itu, Liliani et al. (2021) juga memaparkan bagaimana kalangan akademik seperti program studi sastra Indonesia pada sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta pun berperan serta menyelenggarakan pelatihan penulisan cerita pendek berwawasan pandemi bagi para guru pengampu pelajaran Bahasa Indonesia sebagai bagian dari proses pemulihan dari trauma bagi warga yang terjangkit sekaligus sebagai fòrum sosialisasi mitigasi bencana pandemi bagi kalangan lebih luas. 


Syaifulloh dan Wibowo (2017) meneliti bagaimana Syair Gulung yang terdapat di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dapat digunakan sebagai sarana “pendidikan kebencanaan berbasis komunitas”, khususnya dalam menghadapi bencana kebakaran hutan dan banjir, karena di dalam syair tersebut terkandung kearifan lokal dalam menjaga alam dari bencana. 


Namun, secara umum memang sastra belum cukup banyak menjadikan bencana sebagai tema sentralnya


Sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Kurniawan dan Dewi (2020) dalam penelitian mereka tentang representasi bencana dalam novel-novel Indonesia.


Untuk hal itulah, tim penelitian yang diketuai oleh Ibu Fakhriati melakukan penelitian di dua lokus penelitian yaitu Sumbawa (NTB) dan Halmaherea. 


Satu tim melakukan penelitian di Sumbawa (NTB) yang terdiri atas Fakhriati, Musfeptial, Nining Nur Alaini (BRIN) yang di dalam tim juga ada pakar sastra Prof. Manneke Budiman (UI). 


Satu tim lainnya di Halmahera yang terdiri atas Ninawati Syahrul, Heksa Biopsi Puji Hastuti, dan Muhamad Rosadi.

Di Bima, daerah yang dekat dengan Gunung Tambora


Tim mendapatkan data bahwa ketangguhan masyarakat akan pascabencana lewat karya sastra, baik sastra lisan (lama) maupun sastra modern hadir melalui berbagai aktivitas sastra


Diantaranya,  melalui kegiatan untuk menghilangkan trauma bencana pada anak-anak, seperti outbond, menonton film yang membangkitkan semangat anak-anak, penciptaan karya sastra berupa antrologi puisi dan cerpen. 


Artinya, kehadiran para pelaku sastra pascabencana di Bima menjadi bagian yang penting dalam ikut memulihkan troma masayarakat akan bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update